Chapter 109: Maju Sini Kalian Semua!
"Bacotnya setelah kau menang saja, kalau di awal begini kau nanti malah menjadi badut kalau kalah nanti." Tatapan mata lawannya Randika itu menjadi dingin.
Randika hanya berdiri diam, menunggu pergerakan lawannya.
Hannah menatap Randika sambil berdoa, berharap yang terbaik untuknya. Meskipun dia kadang-kadang jahil dan sombong, tapi sosoknya itu selalu gagah di matanya.
Anggota klub taekwondo itu menerjang maju dan berhenti tepat di depan Randika, dia lalu melayangkan tendangan keras tepat ke arah kepala Randika!
Pergerakan ini bisa dibilang sangat cepat dan indah.
Dalam sekejap sorakan para anggota klub taekwondo itu makin keras dan sorakan para anggota klub karate menjadi semakin pelan.
Mereka menganggap riwayat orang asing itu sudah tamat. Selain cepat, tendangan itu sangat keras bahkan ketua mereka langsung kalah gara-gara tendangan tersebut.
Namun, tendangan itu sama sekali tidak mengenai kepala Randika. Jika diperhatikan baik-baik, tangan Randika dengan sempurna mencengkram kaki musuhnya itu.
"Mustahil!" Kedua kubu sama-sama terkejut melihatnya. Tendangan yang mematikan itu berhasil ditahan oleh Randika hanya dengan satu tangan!
Randika bisa merasakan bahwa tenaga lawannya ini ternyata lumayan juga buat usianya. Tetapi, dalam bertarung rasa toleransi ini hanyalah penghalang. Dalam sekejap Randika membanting pemuda itu.
Dilempar begitu mudah membuat anggota klub taekwondo ini malu. Apalagi setelah mendengar ejekan dari para anggota klub karate, dia makin marah.
Setelah berdiri, dia menjadi serius.
Melihat Randika yang masih menggunakan satu tangan, dia mendekatinya secara perlahan. Dia lalu menghantamkan tinjunya ke bagian kiri Randika, yang merupakan titik lemah pertahanan Randika.
Namun, Randika tidak panik dan buru-buru bertahan. Dia dengan cepat bergeser ke kiri, menghindari pukulan lawannya itu dengan sempurna. Lalu dengan satu tangannya itu dia memegangi tangan lawannya dan membantingnya dengan satu tangan!
Semua berjalan dengan cepat, semua penonton hanya melihat Randika sudah berhasil membanting lawannya itu.
Terkapar di lantai, lawannya Randika ini segera berdiri lagi. Tetapi, langkahnya benar-benar terhuyung dan akhirnya jatuh dengan pantatnya duluan.
"Hahaha!" Para anggota klub karate puas melampiaskan kekesalannya yang tadi itu. Sekarang anggota klub taekwondo lah yang terdiam seribu bahasa.
Lawannya Randika itu benar-benar merasa malu sekaligus marah. Setelah menenangkan diri, dia berdiri kembali dan menerjang kembali. Sekarang dia tidak memakai cara licik lagi, dia akan berhadap-hadapan langsung dengan orang tersebut.
Namun, setelah dia mendekat, Randika menamparnya dengan keras sampai-sampai suara tamparannya itu menggema. Lawannya itu berputar-putar seperti seorang pebalet.
"Hahaha! Sehat bro?"
Para anggota klub karate sudah besar kepala, sedangkan ketua klub taekwondo itu sedikit menjadi serius.
Setelah berputar-putar 3x, Randika menamparnya lagi dan dia langsung jatuh pingsan di lantai.
"Berikutnya!" Randika lalu menatap para anggota klub taekwondo. Suaranya masih penuh dengan aura arogan dan kali ini para anggota klub taekwondo itu merasakan tekanan yang berat itu.
"Kakakku memang hebat!" Hannah menjadi bersemangat melihat Randika yang gagah itu.
Teman-temannya juga ikut bersemangat. Melihat lawannya yang arogan tadi itu pingsan, hanya satu kata yang cocok bagi penyelamat mereka itu.
Keren!
Para anggota klub taekwondo segera menggendong temannya yang pingsan itu ke samping. Dennis, ketua klub taekwondo, berwajah masam. Sejak kapan klub karate punya orang sekuat itu? Dia belum pernah mendengar hal ini sebelumnya.
Meskipun lawannya ini terlihat kuat, Dennis tidak bisa membiarkan wajah klub taekwondo tercoreng.
Saatnya dia beraksi telah datang!
Dennis lalu maju dan menatap Randika. Semua anggota klub karate langsung terdiam, dan para anggota klub taekwondo menelan air ludahnya.
Dennis terkenal sebagai orang terkuat di universitas ini jadi setiap kali Dennis yang maju untuk bertarung, lawannya akan gemetar ketakutan.
"Kak, kau pasti bisa!" Hannah tidak peduli dengan rumor seperti itu. Dia mempunyai kepercayaan mutlak pada kakak iparnya itu.
"Kau telah membuatku marah." Dennis lalu berhadap-hadapan dengan Randika.
"Ah, kau pasti pemimpinnya?" Randika lalu menguap. "Ayo cepat kita selesaikan, aku sudah ngantuk."
Wajah Dennis makin terlihat marah, pertama kalinya dia melihat lawannya itu tidak takut pada dirinya. Malahan, lawannya ini meremehkan dirinya.
Dia adalah orang terkuat di universitas ini, kemampuan bertarungnya sudah menyebar hingga ke pelosok kampus. Dan sekarang orang ini sama sekali tidak menghormatinya?
"Mampus kau, Dennis akah menghabisimu!"
"Pulang saja daripada dihajar babak belur kau!"
"Lumat dia!"
Berbagai sorakan datang dari para anggota klub taekwondo. Tetapi, anggota klub karate juga tidak mau kalah. Dalam sekejap mereka bersorak menyemangati sang penyelamat mereka.
"Kau masih bertarung dengan satu tangan?��� Dennis mengerutkan dahinya.contemporary romance
"Satu saja sudah cukup." Kata Randika.
"Bagus!"
Dengan kecepatan tinggi, Dennis menerjang maju dan melayangkan sebuah tendangan dengan kakinya yang panjang itu.
Tendangan kali ini lebih cepat dan lebih kuat daripada orang sebelumnya. Para anggota klub taekwondo sudah bersorak keras. Tetapi, sorakan mereka itu menjadi suara keterkejutan pada detik berikutnya.
Mereka melihat Dennis mundur dengan cepat dan hampir terjatuh sedangkan Randika terlihat sama sekali tidak bergerak.
"...….."
Suasana menjadi hening. Tidak ada yang mempercayai hal ini, namun detik berikutnya para anggota klub karate berteriak keras. Mereka menyoraki wakil mereka itu dengan semangat tinggi.
Dennis langsung mengambil sikap waspada. Lawannya ini benar-benar kuat.
Setelah menganalisa strategi di benaknya, Dennis kembali menyerang kembali.
Kali ini Dennis melayangkan sebuah pukulan ke arah perut Randika yang masih tidak bergerak itu. Pada saat itu juga, pergelangan tangan Dennis telah digenggam erat oleh Randika.
Inilah saat-saat yang ditunggunya, dalam sekejap Dennis mengangkat tinggi kakinya dan menendang keras dengan satu kaki. Namun, Randika sudah menendang tumpuan kaki Dennis dan sekarang Dennis kehilangan keseimbangan.
Dengan suara yang keras, Dennis terjatuh dan terkapar di lantai.
Sorakan anggota klub karate makin keras.
Dennis yang terkapar itu benar-benar bingung. Dia menganggap lawannya ini sudah bagaikan dewa bertarung, tidak ada celah sama sekali!
Melihat Dennis yang berdiri kembali, Randika mengerutkan dahinya. Rasanya tidur siangnya ini akan tertunda lagi.
Tiba-tiba, Randika menerjang maju! Hembusan angin dari kecepatan lari Randika itu dirasakan oleh Dennis, dia dengan cepat masuk ke mode bertahan. Namun, Dennis hanya bisa melihat bahwa lawannya itu sudah melompat dan pipinya telah tertampar keras. Saking kerasnya Dennis sampai terpental jauh.
"Dennis!"
Teman-temannya itu langsung terkejut bukan main. Dennis yang dikatakan sebagai orang terkuat itu terpental dan tersungkur di dekat mereka hanya karena sebuah tamparan?
Dennis terjatuh di antara teman-temannya itu tampak tidak mampu berdiri lagi.
Sekarang, hanya Randika seorang diri di arena dan menatap para anggota klub taekwondo.
"Lemah sekali." Randika menggelengkan kepalanya dan berkata dengan nada santai. "Bagaimana kalau kalian semua menyerangku?"
Mendengar hal ini membuat seluruh anggota klub taekwondo menjadi marah. Bahkan jika kau memang kuat, tidak usah berkata sombong seperti itu!
"Kalau begitu kita hajar dia rame-rame, kita buktikan bacotnya itu salah." Kata salah satu dari mereka.
Jumlah mereka mencapai 20 orang, kalau mereka mengeroyoknya sekarang maka mereka bahkan bisa membunuhnya.
Tidak banyak berpikir, ke-20 orang ini dengan cepat menerjang ke arah Randika.
Kali ini, anggota klub karate menjadi khawatir. Bahkan Hannah terlihat cemas. Kenapa sparing ini menjadi tawuran?
Randika memberi isyarat pada mereka untuk diam di tempat. Dengan tangan kirinya masih di belakang, Randika akan menghadapi mereka semua dengan satu tangan.
Tangan kanan Randika itu sudah bagaikan cambuk. Dengan cepat dia menampar pukulan-pukulan orang-orang itu sekaligus menyerang mereka. Lalu tangan kanannya itu dia ambil tarik kembali dalam-dalam dan serangat sikutnya itu terlontar dengan kuat mengenai dada seseorang dan orang tersebut terpental jauh membawa beberapa temannya bersamanya.
"Ah!"
Teriakan kesakitan satu per satu mulai terdengar.
Para anggota klub karate hanya melongo melihat aksi Hollywood ini. Para anggota klub taekwondo itu satu per satu benar-benar melayang ke udara lalu jatuh ke lantai.
"Ya ampun, tampan sekali orang itu!" Salah satu perempuan mengagumi Randika.
Mereka mulai bersorak dan bersemangat kembali. Sedangkan Hannah terlihat tenang, dia tahu bahwa orang-orang itu bukan tandingannya kakak iparnya itu.
Dalam waktu 30 detik, semua orang yang menerjang maju ke arah Randika sudah terkapar kesakitan di lantai. Sekarang hanya tinggal Randika yang berdiri di tengah-tengah arena.
Sosoknya yang bertarung dengan satu tangan itu benar-benar melekat di benak semua orang. Hanya satu tangan pun dia masih bisa menghajar 20 orang.
"Kakak memang luar biasa!" Hannah sudah berlari menuju Randika dan memeluknya.
Diserang oleh adik iparnya itu, Randika memasang muka bangga.
Dennis tertawa getir. Sepertinya rencananya ini telah hancur berantakan gara-gara sosok misterius itu.
"Kak! Terima kasih ya!" Kata Hannah sambil tersenyum manis.
"Hahaha kau hanya perlu memegang kata-katamu tadi itu." Randika kembali mengingatkan perjanjian mereka itu.
"Hmmm?" Hannah memiringkan wajahnya. "Memangnya aku bilang akan menepatinya sekarang?"
Eh?
Hannah menatap Randika dengan muka tidak berdosa. Randika hanya bisa menampar dirinya dan muntah darah, dia ditipu lagi!
done.co