Menantu Pahlawan Negara by Sarjana

Chapter Bab 44



Bab 44 Membuat Jinto Retakutan 

Setelah membalas hormatnya, Andika berkata dengan dalar, “Bawa orang–orang itu kemart.” 

Abdul mengayunkan tangannya 

Jinto dan seratusan anak buahnya langsung disuruh mendekat 

Huki 

Jinto yang ketakutan langsung berlutut di depan Ardika 

Sejak awal, seratusan preman itu sudah ketakutan oleh pemandangan megah ini 

Melihat Jinto berlutut, semua anak buahnya langsung serentak berlutut. Mereka tampak ketakutan dan gemetaran 

Abdul melihat para preman itu dengan tatapan menjijikkan, kemudian berkata dengan nada dingin, “Lancang kalian! Kalian bahkan berani datang membuat kekacauan di tempat tinggal Komandan Draco, serta membawa senjata tajam. Apa yang ingin kalian lakukan? Membunuh Komandan Draco?” 

Sebelumnya, Draco sudah mengingatkan Abdul untuk tidak membocorkan identitas Dewa Perang Ardika Kalau tidak, Kota Banyuli akan heboh 

Abdul tentu saja mengingat perintah Komandan Draco, dia tidak mengungkit Dewa Perang Ardika sama sekali. 

Namun, para preman ini tetap saja ketakutan. 

Jinto mengangkat kepalanya dengan gemetar, lalu berkata, “Komandan Abdul, kami tahu bahwa 

tempat ini adalah tempat tinggal Komandan Draco, tapi bukan vila ini.” 

“Apa hubungannya tempat tinggal Ardika dengan Komandan Draco?” 

Demi bertahan hidup, Jinto memberanikan diri untuk berdebat. 

Kalau dia sampai menerima tuduhan itu, Jinto bisa saja dihukum mati 

Abdul menunjuk ke salah satu arah sambil berkata, “Daerah vila di belakang kalian adalah tempat tinggal Komandan Draco. Mulai hari ini, seluruh Kompleks Vila Bumantara menjadi area terlarang. Korps Taring Harimau akan berjaga di tempat ini.” 

“Kalian datang mengacau di Vila Cakrawala, itu artinya kalian sudah melanggar area terlarang.” 

Bam! 

Jinto terjatuh lemas di tanah. 

1/3 

Papa present belakangnya jaga ketakutan setengah mati Setansh tubuh mereka terus gemetar 

Astaga Kroapa mereka begitu sial 

Mereka ngan merebut umah Ardite, tapi malah masuk ke area terlarang yang dibuat oleh 

Kian Mace 

Tux ad ini salah paham Sesecabong apa pun diriku, aku juga nggak berani membuat kekacauan di rumah Komandan Draco,” kata Jnto sambil menangis dan berlutut 

Jach Kahan dunung mengacau di rumahku tanya Ardika dengan nada dingin. 

“Sensuapteemad Abdul dengan marah 

Abdul adalah orang yang membenci kejahatan 

Kalan semua preman sepera Anto chembak mati mungkin salah satu dari mereka ada yang nolak bersalah. Namum, kalau chseleksi, pasti ada penjahat yang lolos. 

Apalagi mereka juga ingin mengisi Dewa Perang Archika dan keluarganya 

Kesalahan mereka tidak bisa chmaakan 

Kak kak 

Semna prajat Korps Taring Harimau segera mengangkat senjata mereka, lalu membidik Jinto 

dan yang lawn 

Jangan bunuh aku jangan bunuh aku! 

Junto dan yang lain langsung merangkak di lantai Mereka berteriak dengan wajah ketakutan. 

Areka tolong hentikan Kapten Abdul, aku takut,” ucap Luna dengan wajah pucat sambil menank lengan Archka 

Archka jaga tidak ingin melakukan pembunuhan di tempat ini 

Ini adalah rumah mereka Kalau sampai muncul adegan berdarah, tentu saja tidak baik. 

Suruh mereka turunkan senjatanya,” kata Ardika 

Abdul mengayunkan tangannya kemudian memelototi para prajurit sambil berkata, “Budek ya? Cepat turunkan senjata kalian 

Stet! Stet! 

Setelah mereka menurunkan senjatanya. Jinto dan anak buahnya pun merasa aura membunuh yang menyelimuti mereka sudah menghilang. Mereka merasa terselamatkan 

2/3 

Jinto mengerti bahwa dia hampir saja mati Ardika–lah yang menyelamatkannya 

Dia segera bersujud kepada Ardika 

“Terima kasih sudah mengampuniku, Tuan Ardika. Terima kasih 

Ardika berkata dengan nada datar, “Kalian memang nggak perlu mati, tapi juga belum diampuni. 

Kamu bilang ingin merobohkan rumahku, ya?” 

3/3 


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.