Chapter Bab 11
Wajah Samara merona merah, dia bahkan merasa ingin mati saja. Dia menopang kursi dengan tangannya dan hendak bangkit
dari tubuh Asta, tetapi saat wajahnya terangkat, kulit kepalanya terasa sakit dan dia kembali terbenam. “Apa yang kamu
lakukan!” Nafas Asta tiba-tiba menjadi lebih berat, bahkan suaranya sedikit serak. Mampus! Asta tahu betul kalau Samara tidak
sedang menggodanya, tapi jarak wajah Samara begitu dekat dengan area sensitifnya dan dia bahkan bisa merasakan nafasnya.
“Jangan bergerak. Rambutku tersangkut...diresleting celanamu.” Samara jarang berbicara dengan suara terbata-bata, dan
warna merah pipinya terus menyebar hingga ke telinganya, sangat merah seperti meneteskan darah, dia juga tidak tahu harus
berbuat apa. Benar-benar sial sekali! Ujung rambutnya tidak kusut, tapi bisa-bisanya tersangkut di resletingnya Asta. Samara
telah berusaha sebisanya untuk menjauh dari zona berbahaya itu, tapi dia harus melepaskan ikatan rambutnya yang tersangkut,
dan posisi itu hampir tak terelakkan. Pada saat ini, Samara membenci dirinya sendiri karena memiliki rambut yang begitu
panjang, dan terasa sangat menyakitkan saat menariknya, tetapi kalau tidak menariknya, ini akan menjadi siksaan sampai mati.
Samara tidak berhenti memberitahu dirinya sendiri untuk tetap tenang, dia adalah seorang dokter, dan sudah sering melihat
mayat laki-laki, dia tidak hanya sering melihat bend aitu, dia bahkan pernah membedahnya dengan tangannya sendiri... Tepat
ketika Samara hendak menenangkan dirinya, ukuran alat vital pria itu perlahan-lahan mengalami perubahan. Tatapan itu
membuat Samara merasa terpecah, sialan, yang dia lihat selama ini semuanya sudah mati, sekarang dia dihadapkan dengan
yang masih hidup dan ganas, bagaimana bisa sama? Samara akhirnya tidak tahan untuk membuka suara : “Saya sedang
melepaskan lilitannya, apakah kamu bisa mengendalikan dirimu?” Mata tajam Asta terlihat gelap, dan berbisik padanya : “Mohon
maaf, tapi tanganmu sudah meraba-raba disini sejak tadi, bagaimana bisa kamu memintaku untuk mengendalikan diri?
Selesaikan saja urusanmu sendiri.” Samara mengigit bibirnya dengan kuat, rasanya dia sudah hampir gila! “Baik, saya sudah
tahu, saya akan cepat, tapi jangan mendesak!” Samara bergumam, dan mulai memikirkan cara untuk melepaskan diri, dia lalu
mengarahkan tangannya dan menyentuh area resleting yang berbahaya, dan perlahan-lahan menurunkan tangannya untuk
menarik ujung rambut yang terlilit, tapi itu juga artinya dia harus menyentuh bagian yang tidak seharusnya. “Apa yang
sebenarnya sedang kamu raba?” “Saya sudah tahu, jangan berteriak, sebentar lagi selesai.” Ketika ritsleting dibuka
sepenuhnya, rambut kusut Samara ditarik keluar, dan dia duduk dengan panik. Dia secara tidak sengaja melirik benda milik Asta
yang terbalut celana, dan seketika terkejut dan langsung memalingkan pandangannya. Wajah Asta juga muram, dan jari-jarinya
yang ramping menarik ritsleting ke atas. Dia selalu berusaha keras menahan dirinya, kecuali pelampiasan nafusnya yang tidak
disengaja enam tahun lalu, dia belum pernah mengalami ledakan hasrat yang begitu kuat seperti sekarang ini. Untunglah wanita
itu segera menyelesaikannya, kalau tidak, kendalinya pasti akan lepas dibuat wanita ini. Dalam perjalanan, kedua orang itu tidak
mengatakan sepatah katapun, dan ada aura ambigu yang tidak jelas memenuhi suasana mobil. ...... Saat mobil berhenti di
sebuah vila, Samara teringat karena kejadian tadi, dia lupa menolak ajakan Asta untuk makan. “Sudah sampai.” Asta berkata
dengan datar, namun aura yang terpancar dari tubuhnya membuat orang tidak berani bertindak seenaknya. Samara tahu kalau
Asta adalah orang yang tidak mudah diganggu-gugat, ditambah lagi dia juga ingin menemui gadis imut itu, lalu membuka pintu
mobil dan turun. Ketika dia melihat kebun mawar yang ada di halaman belakang vila mewah ini, dia tidak bisa menahan diri
untuk bergumam dalam hati, Keluarga Costan memanglah Keluarga Costan, ini jauh lebih mewah dari yang dia bayangkan.
Wilson memarkirkan mobil Hummer di tempat parkir khusus. Samara mengikuti Asta menuju kedalam vila, dan saat pintu vila
terbuka, Pak Michael yang berdiri didepan pintu untuk menyambut Asta dan melihat Samara langsung terkejut. Selain ibu dari
Oliver dan Olivia, ini adalah wanita kedua yang Asta bawa pulang ke kediaman Keluarga Costan. Michael tidak memiliki maksud
lain, hanya saja Samantha sangat cantik, tapi wanita dihadapannya ini wajahnya penuh dengan bintik-bintik, kecuali sepasang
matanya yang jernih, semuanya terlihat sangat jelek! Michael terlihat ragu-ragu tetapi wajahnya masih menghormati mereka
berdua. Samara dan Asta berjalan berdampingan, gaya interiornya sederhana dan elegan, dan dekorasi serta perabotannya
sebagian besar berwarna hitam, putih, dan abu-abu. Jendela besar dari lantai ke langit-langit di ruang tamu dapat dengan jelas
melihat mawar putih murni yang bermekaran di halaman. Samara berdiri didepan jendela besar dan menyipitkan matanya
kearah punggung Asta. Dia tidak percaya hanya karena dia membantu seorang gadis imut di bandara, Asta akan terus menerus
merayunya dan menggodanya, hanya untuk mentraktirnya makan. Jangan-jangan.... Asta sudah berhasil mengetahui identitas
aslinya, dan ingin dirinya membantu menyembuhkan seseorang? Apakah ibu dari gadis imut itu? Penyakit tersembunyi apa
yang diidap oleh kekasih Asta itu? “Asta, ayo kita buka kartu, dan katakan dengan sejujurnya apa tujuanmu mencariku?”