Antara Dendam dan Penyesalan ( Jus Alpukat )

Chapter Bab 85



Bab 85 

Katakata seperti itu sangat menyakitkan, tetapi Selena tidak punya pilihan lain

Selena terpaksa menurunkan tangannya yang sebelumnya hendak menghalangi Harvey. Tangan Harvey sudah mencapai jaket Selena yang di baliknya ada sweater. Di dalam sweter ada rompi bulu, dan di dalam rompi bulu masih ada pakaian penghangat

Harvey pun mengerutkan alis dan bertanya dengan bingung, “Apakah kamu seorang wanita tua? Kenapa kamu berpakaian begitu tebal?” 

Selena pun tersipu. Dia menggigit bibirnya dan menjawab, “Aku takut kedinginan.” 

Harvey segera menyadari suatu hal. Tubuh Selena sangat kurus, sehingga día tampak tidak gemuk meski mengenakan pakaian begitu tebal

Ketika telapak tangan Harvey menyentuh kulit Selena, terasa tulang punggungnya yang menonjol, seolah–olah hanya ada lapisan kulit tipis di atas tulang itu. Sejak kapan dia menjadi kurus seperti ini

Niat jahat Harvey tadi seketika menghilang sepenuhnya, bahkan digantikan oleh rasa bersalah yang tak tampak. 

Selena sendiri tidak tahu mengapa kondisi dirinya bisa sampai seperti ini. Dia menatap tajam ke arah mata hitam pekat pria itu dengan kesal. Kamu memperlakukanku seperti ini, memangnya tidak takut Agatha mengetahuinya? Jangan lupa, kita sudah bercerai,” ujar Selena. 

Suara dingin dan kejam Harvey pun terdengar, Kamu tidak perlu ikut campur urusanku dengan dia. Aku setuju dengan usulmu tadi. Mulai sekarang, kamu yang menggantikan ayahmu untuk 

menanggung dosa.” 

Selena pun segera menanggapi, Kalau begitu, Leo…” 

“Aku akan menemukannya.” 

Selena baru bisa menghela napas lega setelah Harvey berjanji. Tatapan pria itu seperti kail yang terkunci di tubuhnya. Sedangkan kamu, harus siap siaga kapan pun aku membutuhkanmu,ujar 

Harvey. 

Selena tidak percaya Harvey akan mengucapkan katakata itu

Saat Selena sedang berderai air mata, jari dingin Harvey menyapu pipinya. Terdengar suara 

Harvey santai dan menghina, “Aku tibatiba menyadari satu hal, sepertinya aku masih memiliki 

hasrat terhadap tubuhmu/Setiap kali aku menyentuhmu, kamu akan sangat menderita.” 

Harvey memandangi Selena dengan tatapan dingin yang menusuk sampai ke hati. “Apakah ada cara lain yang lebih baik untuk menyiksamu? Katakan padaku,” ujar Harvey. 

1/3 

+15 BONUS 

Selena menahan rasa sakit yang bergejolak di perutnya. Dengan suara yang hampir tidak 

terdengar, dia bertanya, “Harvey, kamu begitu semena–mena mempermalukan dan menyiksaku Apakah kamu tidak akan menyesalinya suatu hari nanti?” 

“Aku hanya tahu bahwa aku baru bisa tertawa saat kamu kesakitan.” 

Selena tidak pernah menyangka, hubungan mereka berdua ternyata akan berubah menjadi 

seperti ini. 

Saat Selena meminta Harvey mengantarnya pulang ke apartemen, Harvey pun bertanya, “Kamu 

tidak mengundangku ke atas untuk minum kopi?” 

Pada saat ini, sudah jelas apa maksud Harvey. Dia ingin menyelesaikan apa yang belum dia 

selesaikan di mobil. 

Sementara Selena tidak punya alasan untuk menolak. 

Olga baru saja pulang dalam beberapa hari ini, sehingga apartemen Selena sekarang sedang 

kosong tanpa ada seorang pun. 

Saat pintu apartemennya terbuka, Selena bahkan belum sempat terpikir untuk menyalakan lampu, sepatunya pun belum sempat ditanggalkannya. Dia langsung berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya sampai bersih. 

Setelah selesai muntah, Selena merasa pikirannya lebih jernih, tetapi perutnya tiba–tiba terasa 

semakin sakit karena efek alkohol. 

Saking sakitnya, tubuh Selena pun berkeringat dingin, dia sampai meringkuk di lantai seperti 

udang. 

Rasa sakit itu menyebar dari perut ke seluruh organ dalam, bahkan hingga ke setiap jengkal tubuhnya. Bernapas pun terasa menyakitkan. 

Selena merasa kepalanya sangat sakit dan pusing. Apakah aku akan segera mati?pikirnya. 

Selena menggigit bibirnya dengan erat, tidak berani mengeluarkan suara sama sekali

Setelah menunggu di luar selema beberapa waktu, Harvey belum melihatnya keluar. Harvey pun mengetuk pintu kamar mandi dan bertanya, “Selena, ada apa?” 

“Aku … tidak apaapa.Dia berbicara dengan susah payah, “Tunggu sebentar, aku bersihkan 

kamar mandi dulu, baru keluar.” 

Bagaimanapun, Selena baru saja melakukan pemeriksaan kesehatan beberapa hari yang lalu, sehingga Harvey pun tidak akan berpikir bahwa Selena menderita suatu penyakit kronis. 

Dia hanya menganggap Selena merasa malu, sehingga berusaha menjauh dari dirinya

Harvey sama sekali tidak tahu bahwa saat ini Selena sedang meringkuk kesakitan sambil memegangi perutnya. Begitu sakitnya, sampai–sampai bernapas saja tidak bisa, bahkan bisa bergerak sedikit saja sudah merupakan hal yang luar biasa. 

Selena sangat menyesal, dia masih saja terlalu gegabah, dua gelas wiski itu hampir saja 

merenggut nyawanya. 


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.