Chapter Bab 541
Bab 541
Jiwa Selena telah runtuh total. Anak—anaknya menjadi pukulan terakhir yang
merobohkan batinnya.
Betapa Selena sangat menanti-nantikan kelahiran sang anak, sebesar itulah
rasa sedih dan putus
asanya sekarang.
Air mata dan darah pun jatuh bersamaan, Selena berlutut di atas tempat tidur,
mencengkeram rambutnya keras—keras. “Harvey, kamu harusnya blarkan aku
mati saja. Hidup ini terlalu pahlt!” teriaknya.
Selena tidak bisa berpikir. Dia kehabisan alasan untuk hidup.
Selena merasa, dirinya adalah pembawa slal. Dia hanya menyeret keslalan
untuk orang-orang di
sekitarnya.
Sekali lagi. Harvey memeluk tubuh Selena. “Mau tahu alasanku
menyelamatkanmu? Balklah, sekarang
akan kuberi tahu kenapa.”
Sambil berbicara, Harvey berlutut, memasangkan sepatu dan kaus kaki untuk
Selena, kemudian dia mendekap dan menggendong tubuhnya.
“Kamu mau membawaku ke mana?” tanya Selena keheranan.
“Sebentar lagi kamu tahu,” jawab Harvey singkat.
Harvey membawanya ke salah satu ruang rawat Inap, diperuntukkan sebagal
kamar tiga orang. Semual orang di dalamnya dibalut perban, ada beberapa yang
memakal gips.
Nolan mungkin berniat pergi ke kamar mandi. Kakinya tertembak, sehingga dia
hanya bisa berjalan dengan kruk dan menggunakan satu kaki untuk melompat.
Melihat dua orang di ambang pintu, dia langsung mengucapkan salam hormat,
“Tuan Harvey, Nyonya.”
“Kakimu...” Suara Selena terdengar seperti tercekat.
Nolan tersenyum pahit sebelum menjawab, “Aku baik-baik saja.”
Paling tidak, Nolan masih hidup. Dia tidak bernasib macam sejumlah orang yang
selamanya tidak bisa
membuka mata lagi.
“Istirahatlah,” ucap Harvey. Selanjutnya, dia membawa Selena ke ruang
perawatan lainnya untuk menemui semua orang, hingga langkahnya berakhir di
ICU.
Melalui kaca, Selena melihat Jonathan terbaring lengkap dengan beragam alat
yang terpasang di
tubuhnya.
“Sudah tiga hari, dia masih kritis. Mungkin dia nggak bertahan sampai besok.
Sekalipun dia bangun, perlu waktu lama untuk pulih total dan nggak akan pernah
kembali ke kondisi semula.”
Harvey melenguh tampa daya di telinganya. Sel sekarang kamu tahu kenapa
aku menyelamatkanmu?
Untuk melindungi kamu kemarin, total korban berjumlah 28 orang. Delapan
terluka berat, 19 terluka ningan, dan seorang meninggal,” jelasnya dengan tulus.
Kata—kata itu terasa sungguh menusuk. Selena menggigit bibirnya seraya
menahan tangis.
“Dia di mana?"
“Di ruang mayat. Sebenarnya, dua tembakan pertama nggak kena tik vital dan
dia masih bisa bertahan hidup. Sayang sekali, tembakan terakhir justru
mengenai kepala.”
Selena kembali membayangkan saat Lian menyelamatkan dirinya. Seolah—olah
dia masih bisa melihat senyuman Lian dan darah segar dari tubuhnya yang
begitu bangat.
“Seli, kamu harus tenangkan dirimu. Masih ada banyak hal yang harus kita
lakukan, Kamu nggak boleh mati, kamu harus tetap hidup. Hanya dengan
bertahan hidup, kita bisa menangkap penjahat di balik semua ini,” tutur Harvey.
Harvey memegang bahu wanita itu dengan kedua tangannya. Mata tajamnya
tampak kemerahan. Dia belum tidur selama tiga hari tiga malam. Dia juga
merasakan kesedihan yang mendalam atas kepergian anak-anaknya.
Visit Novelxo.org to read full content.
“ 5
Aku nggak akan melupakan begitu
saja semua yang terjadi hari ini.
Kamu harus tetap hidup, saksikan
bagaimana aku membalas dendam
dan menumpahkan darah mereka
sebagai penghormatan atas orang
”
-orang yang telah gugur.” The content
is on Novelxo.org! Read the latest
chapter there!
Visit Novelxo.org to read full content.
Hanya ada kekacauan yang
berkecamuk dalam kepala Selena,
serasa tidak bisa mendengar suara
apa pun dan telinganya berdengung.
The content is on Novelxo.org!
Read the latest chapter there!
Hingga beberapa waktu berlalu, perlahan dia berkata, “Bisakah kamu
membawaku menemuinya?”
“Seli, kondisimu sekarang nggak baik buat pergi ke tempat seperti itu. Jangan
lupa, kamu baru saja
selamat dari kematian.”
Selena menundukkan kepala, jari-jarinya meremat lemah pada kerah Harvey,
merasa terkurung bagai sedang dalam penjara.
Selena berkata sangat lirih, “Kumohon, beri aku kesempatan untuk
melihatnya...”
Air matanya berjatuhan di lantai yang dingin, menetes di tengah lingkaran—
lingkaran air kecil.
Visit Novelxo.org to read full content.
Karena air mata, suara Selena pun
“
terdengar sengau, “Aku ... aku hanya
ingin melihatnya untuk terakhir kali.
: : » 5
Melihatnya saja..” The content is on
Novelxo.org! Read the latest
chapter there!
Selena yang seperti ini membuat Harvey sangat iba. Dia tidak bisa menolaknya
lagi.
“Oke,” jawab Harvey berat hati, dengan suara berada rendah.