Chapter 494
Bab 494
Mungkinkah George adalah anggota prajurit bayaran?
Lalu, bagaimana nasib senjata yang dia sembunyikan di pulau itu?
Chandra langsung menceritakan kejadian yang menimpa Selena. Harvey pun segera. mendekati Selena dengan langkah yang
lebar, “Kamu terluka, nggak?”
Selena menggeleng, “Nggak, kok, aku langsung sembunyi waktu denger suara
tembakan. Kayaknya, mereka cuma mau mengawal kepergian Lanny, jadi mereka nggak tertarik untuk mengejarku.”
“Tempat ini nggak aman. Chandra, cepat antar Seli pergi sekarang juga!” titah
Harvey.
Mungkin saja orang–orang itu telah mengubur sesuatu di kebun vila. Kalau sampai
meledak, mereka tidak akan punya waktu untuk melarikan diri.
“Semua sudah siap, Nyonya. Mari kita pergi.”
Selena merasa ragu. “Aku...”
“Aku tahu kamu mau bilang apa. Seli, nanti aku akan bicara sama kamu kalau sudah luang. Yang jelas, mereka bukan orang
biasa. Kalau mereka benar–benar ngincar kamu, situasinya bakal jadi rumit.”
“Tapi nggak usah khawatir, sekarang kamu masih aman. Mereka cuma mau
mengeluarkan Lanny dari sini. Nanti aku akan carikan tempat yang lebih aman
buatmu. Chandra, antar Seli pulang.”
Saat Selena hendak pergi, dia menyadari bahwa Harvey terus menyembunyikan tangannya di belakang punggung.
Pandangannya turun ke karpet, terlihat ada
bercak darah merah di sana.
“Kamu terluka.”
Harvey mengerjapkan matanya, “Ini cuma luka kecil, kok.”
Selena langsung menarik tangan Harvey keluar. Dia sontak terkejut ketika melihat
+15 BONUS
ada goresan luka di telapak tangan pria itu, bahkan darah segar mengalir keluar
dengan derasnya.
Chandra buru–buru memanggil, “Dokter!”
“Di sini benar–benar nggak aman, ayo cepat pergi,” desak Harvey.
Luka di telapak tangan Harvey membuatnya teringat saat dia terluka parah karena
pria itu. Dengan dingin, dia menjawab, “Oke.”
Apa hubungan luka Harvey dengan dirinya? Toh, saat ini, pria itu bukan lagi
miliknya.
Selena berjalan meninggalkan tempat itu dengan tegas tanpa sekalipun menoleh ke
belakang.
Di sampingnya, rekan–rekan Harvey menghela napas dengan sedih. Dulu, walaupun
Harvey hanya mengalami sakit kepala atau demam ringan saja, Selena pasti akan
sangat khawatir.
Namun, hari ini Selena pergi begitu saja tanpa bertanya apa pun.
Alex melihat wajah terluka Harvey dan tidak bisa menahan diri untuk berkomentar, ”
Tuan Harvey, sepertinya Nyonya memang benar–benar... nggak mencintai Anda lagi.
Jari–jari Harvey terkepal erat, dia berkata dengan tegas, “Antar dia pergi, pastikan
dia aman sampai tujuan.”
Alex menghela napas, “Baiklah, lalu bagaimana dengan pernikahan Anda besok?”
“Akan tetap dilakukan, mereka nggak tertarik sama aku.”
Agatha sekarang sudah menjadi cacat, dia akan menjadi target yang mudah untuk
dibunuh. Kehadirannya yang masih hidup sampai saat ini hanya menunjukkan
bahwa dia sama sekali tidak berguna.
Sementara Lanny, dia telah bersembunyi di sekitarnya selama bertahun–tahun.
Wanita itu pasti tidak memiliki niat untuk melukainya.
Semua masalah yang terjadi, itu pasti ada kaitannya dengan Arya, Selena, dan juga.
keluarga Bennett.
+15 BONUS
Selama beberapa hari terakhir, Selena dan Arya telah berhasil menyembunyikan diri mereka dengan baik, sehingga orang–
orang itu tidak dapat menemukan mereka.
Sekarang, tampaknya dia harus segera menemukan tempat persembunyian yang
aman bagi Selena. Dia tak boleh membiarkan wanita yang dicintainya itu dan juga
anaknya berada dalam bahaya.
Harvey asal membalut telapak tangannya dengan kain perban. “Ayo masuk dan
periksa kamarnya!”
Dia mengeluarkan peluru yang tertanam di dalam lemari. “Bawa kembali untuk
dianalisis dan diuji!”
“Baik.”
Kondisi kamar itu masih sama seperti saat sebelum Lanny pergi, kecuali tempat tidur yang sedikit berantakan, semua barang
tersusun rapi dan teratur.
Harvey duduk di pinggir tempat tidur. Selama beberapa hari terakhir, dia telah berusaha untuk berbicara dari hati ke hati dengan
Lanny, bahkan mengajaknya untuk mengingat–ingat masa kecil mereka. Dia juga berjanji akan membawanya menjenguk ibunya
begitu dia pulih.
Namun, tidak peduli seberapa keras usahanya, Lanny tetap enggan merespons. Adiknya itu jarang sekali berbicara, seolah–olah
menganggapnya tidak ada.
Harvey mengerti bahwa membujuk Lanny akan memakan waktu yang sangat lama. Dengan memeprtimbangkan bahwa Lanny
telah menderita gangguan secara fisik dan emosional, dia memutuskan untuk mendekatinya secara perlahan. Dia percaya
bahwa suatu hari nanti, dia pasti berhasil membuka hati Lanny sepenuhnya. 1
Namun, dia tiba–tiba teringat sosok keras kepala yang meninggalkannya itu berkata dengan suara dingin dan serak, “Kak, aku
nggak bisa kembali lagi. Mending kamu pergi saja, aku nggak mau melukaimu. Anggap saja kalau aku nggak pernah jadi adik
perempuanmu.”